Setelah mengurus dan mendapatkan visa Schengen beberapa waktu lalu, kini saatnya aku terbang ke negeri kincir angin itu. Sebuah keberuntungan yang tidak terduga, katakanlah “iseng-iseng berhadiah” dan inilah jackpot yang aku dapat, berlibur (sebenarnya adalah mengikuti short course) ke Holland. Whooooo !!!
Keberangkatan
Keberangkatan dimulai pada 19 April 2013, jam 15:40 pesawat dari Surabaya ke Jakarta. Anehnya, aku masih diharuskan membayar airport tax sebesar Rp. 40.000,- untuk penerbangan domestik ini. Padahal rute ini sudah termasuk dalam serangkaian penerbangan dari Surabaya ke Amsterdam. Banyak yang bilang seharusnya aku hanya membayar airport tax dari Jakarta ke Amsterdam saja yaitu sebesar Rp. 150.000,-. Tapi tentang kejelasan bagaimana seharusnya masih belum tau.
Pesawat landed di Jakarta pukul 17:30. Oh iya, aku tidak direpotkan dengan urusan bagasi koper, karena koper langsung terbang ke Amsterdam. Aku cukup melapor pada layanan transit saja. Bagi yang belum pernah ke luar negeri sama sekali, here is the thing. Kita harus melewati yang namanya loket imigrasi. Mengantrilah pada loket yang benar, jika paspor kita berwarna hijau, antrilah pada loket WNI. Tapi bagi mereka yang paspornya berwarna selain hijau (meskipun WNI), ada jalur khusus bagi mereka. Petugas imigrasi hanya bertanya tentang kemana tujuan kita, dalam rangka apa, berapa lama dsb. Don’t be worry. Petugas akan memberi stamp pada paspor kita jika OK tanpa masalah.
Durasi
Penerbangan Jakarta – Amsterdam akan memakan waktu sekitar 15-16 jam, dengan terlebih dulu transit di Abu Dhabi untuk pengisian bahan bakar dan pergantian flight attendant yang berdurasi kurang lebih 1 jam.
Jakarta – Abu Dhabi : 8 jam
Transit Abu Dhabi : 1 jam
Abu Dhabi – Amsterdam : 7 jam
Pagi itu, aku melihat keluar jendela terdapat sungai-sungai dan deretan kincir angin, pemandangan khas Holland menyambutku. It was a nice view, fellow.
|
Amsterdam dari jendela pesawat |
Bandara Schiphol Amsterdam
Jam 8:00 aku sampai di Amsterdam. Beberapa menit setelah aku keluar dari pesawat, WOW! It’s a damn cold city (or country I should say)! Sebelum masuk ke Negara ini, tentunya kita juga harus melewati loket imigrasi Belanda. Pertanyaan yang dilontarkan sama (tentang kemana tujuan kita, dalam rangka apa, berapa lama dsb). Untuk berjaga-jaga, semua dokumen penting terkait perjalanan aku ke Belanda disimpan dalam tas (bagasi kabin). Setelah mengambil koper, aku seorang diri bagai anak ayam kehilangan induknya, mengikuti arus penumpang menuju antah berantah. Bandara Schiphol ini sangat besar dan sangat sibuk. Gak pake ambil pusing, toilet adalah tempat pertama yang pengen banget aku kunjungi setelah hampir 16 jam di pesawat, was I doing right pals? Peringatan! Airnya sedingin es, aku kaget dan “ssshhhoooot!”, cewe di sebelah tersenyum dan berkata “You’ll get used to it” dengan dialek British yang kental.
Rencana awal adalah mengeksplor kota Amsterdam, karena ga mau kemana-mana bawa koper seberat 20 Kg, aku mencari loker dan akhirnya ketemu di dekat departure 1. Untuk lebih jelas tentang loker kunjungi link ini. Penting diketahui bahwa di Negara ini, apapun dilayani dengan mesin, seperti loker penitipan, atau mesin pembelian tiket kereta. Jadi, credit card (CC) terkadang bisa juga debit card (DC) sangat berperan penting. Membeli tiket atau apapun dengan menggunakan jasa petugas akan dikenai biaya layanan tambahan, biasanya minimal 50 cents, maksimalnya sangat mahal. Sempat panik karena CC aku diblocked saat akan menggunakan loker, petugas pun datang membantu tapi tidak membuahkan hasil. Dewi fortuna sedang berpihak padaku saat itu, seseorang dari Indonesia yang dengan baik hati meminjamkan CCnya hadir, dan aku menggantinya dengan cash, problem was solved.
|
Mesin luggage locker di bandara Schiphol |
Langkah-langkah menggunakan loker:
- Cari ukuran loker yang sesuai dengan koper. Semakin besar maka semakin mahal.
- Masukkan koper ke dalam loker
- Ambil CC (Credit Card), masukkan ke dalam mesin, masukkan pin, diikuti dengan menutup pintu loker sampai benar-benar tertutup/ terkunci (bunyi ceklik)
- Mesin memproses pembayaran
- Print out pembayaran keluar dari mesin, berisi bar code untuk nanti membuka loker. Jangan digunakan sekarang ya, nanti bayar lagi. Bagian struk yang berisi bar code dijaga agar tidak terlipat
|
Struk berisi bar code dari mesin luggage locker |
Bandara Schiphol ke Amsterdam
Karena CC aku yang terblokir tanpa diketahui penyebabnya, aku mengantri untuk membeli tiket kereta Schiphol – Amsterdam Centraal (Dagretour artinya tiket PP) di loket pembelian tiket kereta (dekat meeting point bandara). Melayani pembelian tiket kereta antar kota di Belanda bahkan antar Negara sekitar Belanda. Untuk menuju Amsterdam dari Schiphol, diawali dengan menumpang bus bandara menuju ke stasiun Amsterdam Sloterdijk (lupa nomor busnya).
|
Tiket kereta dagretour (PP) Schiphol - Amsterdam Centraal |
|
Antrian bus Schiphol - Amsterdam Sloterdijk |
Di stasiun Amsterdam Sloterdijk aku naik kereta yang menuju ke Amersfoort, tapi turunnya di Amsterdam Centraal. Terkadang operator kereta hanya memberikan informasi dalam bahasa Belanda, jadi pasang telinga baik2 ya selama di kereta. Jangan sampai kelewatan stasiun. Jadual kereta disini sangat tepat dan teratur (kapan Indo seperti ini ya?). Telat beberapa detik saja, bisa jadi kereta selanjutnya baru akan tiba 10 menit kemudian, dan bisa saja di spoor/ jalur yang berbeda (nah ini yang repot kalo stasiunnya besar dan terdiri dari beberapa spoor/ jalur). Bagi pengguna android, aku rekomendasikan banget untuk menginstall aplikasi 9292. Aplikasi ini membantu kita untuk merencanakan perjalanan baik dengan kereta, tram dan bus, atau kombinasinya. Hanya dengan memasukkan origin dan destination saja. It is easy and helpful application. Untuk info perkeretaan di Belanda kunjungi link ini.
|
Stasiun Amsterdam Sloterdijk |
|
Kondisi stasiun Amsterdam Sloterdijk |
Amsterdam
Karena keluarga di Indo belum tau kabar kedatanganku di Belanda dan berdasarkan rekomendasi dari seorang teman, aku membeli Lebara mobile prepaid. Provider komunikasi ini sangat populer di kalangan orang Indonesia (khususnya mahasiswa) yang menetap di Belanda karena tarifnya yang tergolong murah untuk komunikasi internasional. Di bandara Schiphol tidak ada yang menjualnya, tapi di Amsterdam hampir setiap toko menjualnya. Dengan harga 10 Euro, aku mendapat total kredit 15 Euro terdiri dari 7,5 Euro direct en 7,5 Euro na aanmelding via onze website www.lebara.nl (sorry, gak ngerti artinya, pokoknya bisa dipake aja setelah aktivasi).
|
Stasiun Amsterdam Centraal |
|
Papan informasi di Amsterdam |
Saat berjalan-jalan di Amsterdam, terdapat penawaran paket wisata ke kebun tulip Keukenhof, Volendam dll dengan harga kisaran 30an Euro per orang. Tapi karena waktu yang terbatas, aku memutuskan untuk menghabiskan hari dengan city-walk tour, lumayan buat menghangatkan badan dalam temperatur 15 derajat Celcius. Ada banyak lokasi di Amsterdam yang pengen banget aku kunjungi, tapi realisasinya hanya:
Lokasinya dekat dengan stasiun, hanya 10 menit berjalan kaki. Aku hanya berfoto di depannya saja, tidak tertarik juga untuk masuk, ngeri sama boneka yang mirip banget ma orang. Terbayang film house of wax. Oooh creepy.. :p
|
Letih dan kedinginan di Madame Tussaud |
Namanya juga kampus, banyak mahasiswa di sekitar sana. Kesan pertama aku di negeri kincir ini adalah “everybody is good looking”. Diantara udik dan excited, manakah yang tepat menggambarkan kondisi aku saat itu? :p
|
University of Amsterdam (parkiran sepeda) |
Nyasar dan akhirnya berujung pada semacam pasar kaget, disini jual macam-macam barang, mulai dari mantel, sepatu, tas dll secondhand maupun baru. Orang Belanda biasanya memasang harga pas alias ga bisa nawar. Dan disinilah pertama kali perut aku terisi makanan sejak landed. Aku membeli burger seharga 3,5 Euro dan air dalam botol seharga 2 Euro. Porsinya ga bisa biasa nih, dagingnya tebal banget kaya text book.
Bisa dibilang red light district adalah alasan orang-orang mengunjungi Amsterdam. Lokalisasi ini legal tapi banyak aturan bagi pengunjungnya, salah satu aturan keras bahwa pengunjung tidak boleh mengambil gambar apapun di area ini. Sempat aku memfoto toko souvenir di area red light district yang menjual dvd, buku, toys, lingerie, SM dll yang berkaitan dengan s*x.
|
Toko di Red Light District |
Di area ini, di setiap rumah, para PSK berbikini itu berada di dalam etalase sambil menawarkan diri kepada pengunjung yang melewatinya. Jika terlihat tirai tertutup, artinya sedang ada transaksi. >.<
Ada juga yang menawarkan bermacam-macam live show, mulai dari erotic dance sampai s*x live show. Aku benar-benar ngerasa seperti di planet asing selama disana, culture shock? Yes!
Hanya beberapa blok dari red light district terdapat gereja tua (oude kerk/ old church) yang dibangun pada tahun 1300an. Untuk masuk dan menikmati keindahan arsitekturnya, pengunjung harus membayar 5 Euro, informasi lebih detail kunjungi link ini. Namun karena sudah sore dan akan menuju kota selanjutnya, aku memutuskan untuk tidak masuk dan hanya berfoto di luar saja.
|
Oude Kerk/ Old Church Amsterdam |
Karena letih, aku putuskan untuk menyudahi petualangan Amsterdam hari itu dan kembali ke Schiphol untuk mengambil koper. Dari Schiphol aku menuju kota tujuan sebenarnya dan akan menetap disana selama 2 minggu yaitu kota Delft, terletak di Belanda bagian selatan berdurasi perjalanan sekitar 1 jam dengan kereta. Sangat jarang kereta direct dari Schiphol ke Delft, saat itu aku transit di stasiun Leiden Centraal dan berganti kereta. Selama perjalanan dengan kereta hari ini, aku memilih kereta kelas 2, karena lebih murah dan menurut aku kondisi kereta kelas 2 sudah cukup baik, lalu untuk apa beli yang kelas 1. :p
|
Tiket kereta enkele reis (one way) Schiphol - Delft |
|
Gerbong kereta kelas 2 |
Pada foto, keretanya bertingkat, jadi kangen masa kecil, kapan di Surabaya ada bus tingkat lagi ya? Kan asik gitu bertingkat.
Banyak sungai ditemui di Amsterdam, baik besar maupun kecil. Bus air beroperasi tidak hanya sebagai sarana wisata air tetapi juga sebagai sarana transportasi warga. Hampir semua orang Belanda berbahasa Inggris dengan sangat baik, mereka juga penunjuk arah yang baik. Mungkin karena latar belakang sejarah yang kuat antara Indonesia dan Belanda, tak jarang ditemui orang Indonesia atau orang-orang yang mengerti bahasa Indonesia disana. Jangan habiskan waktumu dengan berencana dan menerjemahkan ini itu, jalan saja!
Untuk satu hari pertama saat kedatangan di Belanda, 150 Euro cash cukup untuk berjaga-jaga.
Oh, 1 foto lagi yang jadi iconnya Amsterdam, Iamsterdam :)
|
Pengunjung berfoto di Iamsterdam |
Menanti waktu untuk kembali kesana lagi. Yeay!
NLP